Sunday, May 31, 2015
DEMI CURUG PARIGI
Berawal dari suami yang
menunjukkan foto-foto bersama grup gowesnya.
“Wah bagus yah, ini di Bekasi?”
“Iya Bekasi. Di perbatasan Bantargebang sama Jonggol”
“Ih jadi pengen deh”
“Neng mau kesana?”
“Iya mau”
“Ya udah tapi berangkatnya jam
setengah 6 pagi yah, biar ga terlalu panas”
“Lah emang ga bisa apa naik mobil
aja?” (keliatan banget kan istrinya ogah capek)
“Ga bisa jalannya sempit
kesananya” (sambil nunjukkin foto lainnya)
“Neng kan ga pernah gowesan jauh, orang ngegowes aja
paling banter Cuma ke Summarecon” (itupun baru 3 kali dalam 2 bulan)
“Yah kalau capek istirahat,
pelan-pelan aja”
Setelah mengajukan beberapa
argumen lainnya supaya kesana ga pake sepeda, akhirnya akang suami berhasil
membujuk saya supaya supaya mau sepedaan. Berbagai persiapan pun disiapkan
suami, mulai dari air putih yang udah dimasukkin kulkas malam sebelumnya, sampai
kamera pocket buat keeksisan istrinya. Intinya mah yah semua digampangin supaya
saya si istri ga capek dan ga banyak keluhan.
Lalu di hari Sabtu tanggal 30
Maret 2015 (harus banget ditulis, karena ini hari bersejarah buat saya) sehabis
sholat subuh kita siap-siap. Dengan pedenya mulailah saya sang beginner goweser
memulai perjalan ke Curug(Air Terjun) Parigi. Sebenarnya, saya suka deg-degan kalau gowes
di jalan raya mengingat saya orangnya ceroboh tapi untung ada suami yang buka
jalan jadi lebih yakin.
Daerah Curug Parigi ini ada di
daerah perbatasan Bantar Gebang dan Jonggol Bogor.Kalau dari rumah saya yang
ada di daerah Mekarsari Bekasi kami melewati rute kartini-pengairan- jalan raya
narogong, kalau udah masuk daerah jalan raya Narogong udah tuh terus aja ke
arah Bantargebang.
Sempat istirahat beberapa kali,
di setiap berhenti tak lupa bertanya “ masih jauh ga kang?”. Barulah ketika
sampai perumahan Vida, akang suami bilang “nah kalau dari sini tinggal 1-2
kilometer”. Kemudian kembali menggoweslah kami, sampai berhenti dan kita harus
nyebrang gang yang dihimpit pabrik. Oh pantesan ngga mungkin pakai mobil,
karena mau parkir di mana? Ga mungkin kan ninggalin mobil di Jalan raya dan
jalan masuknya pun kecil (tapi ternyata bisa loh kalau mau pake sepeda motor.
Langsung pemandangan jalan raya berganti dengan pemandangan, tanah merah yang
lapang, ilalang dan bunga liar dipinggir jalan
Masih terus masuk lagi hingga
melewati beberapa rumah penduduk kemudian ketemu jalan berbatu. Tidak ada
petunjuk tentang keberadaan Curug Parigi, jadi kalau baru yang pertama kali
kesini akan agak sulit menemukannya. Dari jalan berbatu kemudian melipir ke
arah kanan dan tak jauh dari situ langsung terdengar suara deras air mengalir.
Tidak ada tempat parkir resmi
maupun buatan, masuknya juga gratis, jadi hati-hati dengan kendaraan yang
dibawa. Bahkan akang suami harus menggotong dua sepeda turun.
Dan inilah Curug Parigi
Mungkin ditempat lain banyak yang
lebih bagus. Tapi buat saya yang orang Bekasi ga nyangka aja nemu Curug kayak
gini di daerah Bekasi. Senang dan lega pastinya, capeknya terbayar lunas sama
pemandangannya. Tapi yah memang airnya tidak jernih dan bening, warna airnya
kecoklatan.
Sebelum pulang kami istirahat
dulu di warung terdekat. Lumayan nemu kue cucur kedoyanan saya.
Sayangnya saya ga menemukan
cerita atau keterangan lebih jauh soal Curug Parigi, bahkan mbah google pun
isinya sama. Kenapa ga nanya sama yang jaga warung? Soalnya saya lupa, saking
capek dan lapernya.
Dan barulah saya tau kalau jarak
perjalanan yang ditempuh adalah 35 kilometer (bolak-balik).....mamaaaaaa
ampunnn pantesan kaki pada kram. Kapok? Ngga kok malah jadi semangat nyari
tempat tak terduga lainnya di Bekasi *sambilnempelinkoyo
Subscribe to:
Posts (Atom)