Sunday, December 2, 2018
Kurashiki: Dari Legenda Manusia Serigala hingga Candy-candy
Masih bercerita tentang
perjalanan saya ke Jepang. Kali ini saya mau bercerita tentang satu kota kecil di Jepang
yang bernama Kurashiki. Untuk membayangkan seperti apa jauhnya, udah pasti pada
tahu kan kalau Shinkansen dikenal sebagai bullet train saking cepatnya,
sehingga waktu tempuh juga lebih sedikit. Nahhh dengan Shinkansen saja untuk
sampai ke kota ini menghabiskan waktu selama 4 jam dari Tokyo. Tapi walau jauh
it’s all worth it, saya jatuh cinta banget sih sama kota ini.
Setelah nyasar-nyasar naik kereta
dan naik taksi yang mahal beutt harganya, jam 6 sore akhirnya saya dan kakak
saya sampai juga di hostel kami yaitu Cuore Kurashiki yang terletak di Bikan
historical area, eitss walau judulnya hostel tapi isinya komplit, dan
dibawahnya juga ada café yang oke banget. Kurashiki sendiri terletak di
Prefektur Okayama, yang dibagi menjadi dua bagian yaitu kota modern seperti
kota-kota pada umumnya dan Bikan distrik dimana bentuknya dipertahankan seperti
200-300 tahun yang lalu
Kamar mandi hostel dengan perawatan muka terlengkap yang pernah saya temui |
Sebenernya andalannya Seafood tapi apa daya alergi, jadi ngopi aja. |
.
Kekurangan hostel ini cuma satu
yaitu ga ada lift, sedangkan kamar kami di lantai 3 dan bawaan koper kami
lumayan besar. Untung pegawai yang baik hati cukup sadar akan nafas saya yang
senin-kamis begitu geret koper ke lantai 2 dan langsung ngangkatin koper-koper
kami ke kamar.
Setelah nongkrong di cafenya yang
juga ga kalah asyiknya sama hostelnya kita mutusin buat jalan-jalan dulu,
saking udah ngga sabarnya itung-itung uji nyali di negara orang. Berhubung ini
kota kecil jadi penerangan juga seadanya, dan keadaan jalan juga sepi banget
tapi kita jadi makin excited karena pas malam aja kita ngerasa kota itu cantik
Esok harinya jam 7 pagi kita udah
keluar hostel, maksud hati mau sarapan dulu eh tapi sedihnya café yang dibawah hostel
serta tempat makan lainnya, dan toko-toko baru bukan jam 10. Ok, ga masalah
kita keliling dulu aja sekalian foto-foto.
Kenapa saya nyebut Legenda
Manusia Serigala di judul? Ada apakah gerangan?. Ternyata sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kisah supranatural, legenda atau kearifan lokal lainnya,
lalu apa dong? Jujur aja suasana kota kecil ini mengingatkan saya pada salah
satu komik kisah misteri yang ditulis oleh Chie Watari, dengan tokoh utama
Wanihiko Fudoh. Masih asri, etnik dan tradisional. Ternyata di Kurashiki ini
jarang terkena gempa oleh karena itu bangunan-bangunan disini juga tidak banyak
mengalami renovasi. Kota ini juga menurut
saya yang seperti terlihat pada film-film samurai atau shogun. Berikut beberapa
hal yang menurut saya, sekali lagi menurut saya yang mohon diiyakan suasana
Kurashiki yang mirip komik Legenda manusia serigala
Untuk mengelilingi pusat atraksi kotanya
cukup jalan kaki aja. Iseng-iseng jalan
kita menemukan taman besar bernama Ivy Garden.
Izinkan kami mejeng setitik |
Sudah puas ke taman kami kembali berjalan, mengagumi
setiap sudutnya. Karena kami anaknya laparan
akhirnya mencoba sekali lagi nyari jajanan yang buka eh ada sih satu-satunya
tempat yang buka, tapi ternyata makanannya Cuma ada roti panggang dan biskuit
aja hehehe. Walau kurang kenyang tapi tempat ini patut dicoba karena istimewanya
menyediakan berbagai olesan selai yang ngga biasa, saya mencoba apple butter dan
lupa satu lagi apa dan sedangkan kakak saya mencoba apple butter dan peach
mascarpone, wanginya enak banget dan rasanya juga enak, sayang sekali olesan
ini tidak dijual padahal kami pengen banget.
Jangan ditanya ini kenyang apa enggak |
Lanjuttt tujuan berikutnya adalah
Yumiko Igarashi Museum, yess beliau adalah penulis Candy-candy, sambil menuju
kesana kita menyenandungkan lagu ostnya
Biar saja biar wajahku begini
Tak peduli oh tak oh tak oh tak
perlu kutangisi
Akulah anak nakal, anak nakal….
(jika anda bisa meneruskan lagu
ini dengan nada yang sesuai, maka ketahuilah anda sudah tua)
Museum ini kecil banget
sejujurnya, lebih seperti rumah yang dijadikan museum, tapi paling eye catching karena di dalam gang
yang semuanya berwarna netral tiba-tiba bangunan ini satu-satunya berwarna
merah putih. Begitu masuk kita disambut dengan nuansa yang girly dan terlalu
“princess” buat saya. Untuk naik ke lantai atas dan melihat koleksi Candy-candy
kita dikenakan biaya 600 yen. Di lantai 1 museum ini terdapat café kecil,
souvenir dan segala pernak pernik candy-candy terus ada juga studio foto
ala-ala dan foto booth lengkap dengan berbagai macam pilihan gaun serta mahkota
dan berbagai aksesoris lainnya.
Tampak luar Museum |
Lantai 1 |
Menuju ke lantai 2 kita akan bertemu dengan
Anthony dan Candy-candy yang satu gambar tapi tidak berdampingan, eh gimana sih maksudnya?
Jadi kalau dari bawah keatas yang terlihat adalah muka Candy tapi kalau turun
yang terlihat adalah muka Anthony. Di lantai 2 terdapat berbagai pernak-pernik yang bergambar tokoh-tokoh komik karangan Yumiko Igarashi, tapi yang menjadi favorit
saya, disini terdapat ruang baca yang manis banget dengan sederatan komik karya Yumiko Igarashi termasuk Candy-candy tentunya.
Gambar di dinding tanga dari lantai 1 ke 2 dan sebaliknya |
Ruang favorit |
Berhubung saya enggak bisa bahasa Jepang jadi cuma lihat-lihat
aja engga bisa ikutan duduk dan baca. Di lantai 3 juga kurang lebih sama tetapi
disini tidak ada ruang baca, tetapi disini ada dinding yang didekasikan untuk komikus lainnya termasuk Suzue Miuchi pengarang serial "Topeng Kaca".
Can you spot Maya Kitajima? |
Yumiko Igarashi |
Puas ke Yumiko Igarashi museum,
kami lanjut jalan-jalan lagi. Semakin siang Kurashiki semakin ramai, tapi
disini kebanyakan yang datang adalah turis lokal alias orang-orang Jepang
sendiri, jarang sekali turis asing yang kami temui. Salah satu main
attractionnya sebenernya adalah mengarungi kanal dengan perahu. Dahulu Kurashiki menjadi pusat
pendistribusian beras, daerah sekitar mengirim hasil panen beras ke Kurashiki
barulah kemudian dikirim ke Osaka dan Edo. Lalu kanal dibangun untuk memudahkan
transportasi dari Gudang-gudang penyimpanan ke pelabuhan terdekat. Hingga kini
kanal-kanal itu masih ada dan terawat dengan baik dengan pohon weeping willow
yang membingkai di sepanjang jalurnya. Sebenarnya di sekitar kanal ini juga
banyak museum-musem lainnya, karena waktu yang sempit kami tidak bisa
mengunjunginya satu persatu.
Salah satu gang yang juga mencolok
diantara lainnya adalah Denim street, karena di sepanjang jalan ini semuanya bernuansa
biru jeans dan. Enggak lupa kami mencicipi denim ice creamnya yang hanya bisa
didapat disini, menurut si penjual bahan yang digunakan hanyalah bahan
berkualitas terbaik dan terenak (Namanya juga jualan yekan) komposisi rasanya
terdiri dari blueberry, vanilla dan ramune. Rasa ice creamnya segar, tidak
terlalu manis, dan ada sedikit rasa asamnya, karena tidak menggunakan bahan
pengawet jadi ice creamnya harus buru-buru dimakan karena mudah lumer.
Sebenernya kami kena jebakan juga
disini, tapi jebakan yang membahagiakan sih untungnya. Jadi ada satu cafe yang
dari luar terlihat di halamannya terdapat hutan bamboo, jadi kami niatkan buat
mampir kesini. Berhubung ngeliatnya pas malam hari dengan sorotan lampu
terlihatnya wahhh banget. Pas besoknya kesini , tepat sebelum meninggalkan
Kurashiki mampirlah kami, Tahunya hutan bambunya cuma secuplik aja hahaha,
kejebak deh yah. Tapi untungnya suasananya enak banget buat duduk manis.
Hutan bambu cukup sekian dan terima kasih |
Ini sepiring berdua kok |
Sayang sekali kami harus segera pergi untuk
menuju Osaka, agak nyesel juga sih hanya semalam disini, tapi mudah-mudahan lain kali
bisa kesini lagi di lain waktu. Aamiin
Subscribe to:
Posts (Atom)