Saturday, April 15, 2017
Sepenggal Kisah Cinta Di Ragusa
Dulu pertama kali kesini diajak
sama Papah, seru-seruan pergi bareng sama saudara-saudara. Saya masih ingat
pesanan saya dulu yaitu Cassata
Siciliana, dulu sih saya sempat heran kok restoran es krim tapi pilihan dikit
dan tempatnya yah begitu aja, tapi saya ngga akan pernah lupa sama rasa es
krimnya, karena ternyata pilihan saya tidak saya salah, ada 4-5 rasa dalam es
krim saya.
Puluhan tahun berlalu, baru
sekarang saya kesini lagi. Entah kenapa papah juga ngga pernah ngajak ke Ragusa
lagi. Tapi kayaknya sensasi makan es krim rame-rame dan pengamen bersuara bagus
masih bisa saya ingat dengan jelas. Kali ini saya juga pesan Casata Siciliana,
untuk signature Ice Cream mereka yang porsinya lebih besar dan rasanya lebih
variatif dihargai mulai dari 25 ribu keatas. Untuk Cassata Siciliana harganya 35
ribu sedangkan Spaghetti Ice Cream 30 ribu. Ternyata oh ternyata si Cassata Sicialana ada rasa durennya, haduhhhhh perasaan dulu ngga deh apa saya yang
salah inget.. Akhirnya tuh Csasata walau rasa es krim yang lainnya enak terpaksa
nyisa (benci banget ama duren soalnya)..btw saya adalah penggemar cokelat tapiiii saya anti sama es krim rasa cokelat entah kenapa,
pokoknya kalau es krim rasa cokelat ogah banget tapi kalau yang Ragusa I enjoyed it a lot.
Diiringi nyanyian suara pengamen
(tapi bukan pengamen yang sama kayak saya kesini waktu kecil dulu pastinya).
Saya nambah Nougat Ice Cream, walau agak kemanisan sedikit buat saya, tapi ini
saya nobatkan jadi favorit saya, karena rasanya yang jarang saya temui di
tempat lain. Walaupun agak manis tapi ga bikin giung atau eneg serta tidak ada after taste pahit di lidah setelahnya. Mungkin ini karena es krim ragusa tanpa pengawet dan pemanis buatan, oleh karena itu juga es krim ini gampang banget meleleh, jadi harus dihabiskan segera. Untuk ice-cream
yang satuan seperti ini harganya 15 ribu
.
Posisi duduk, meja dan kursi,
penataan ruangan, menu, hingga mesin kasirnya masih sama kayak 20 tahun yang
lalu, semuanya serba tua. Lalu saat saya sedang membayar tiba-tiba ada bapak
Tua yang bercerita di meja kasir, ia berbicara kepada petugas kasir:
Bapak Tua: Ibu sudah umur berapa?
Ibu Kasir: Saya sudah 50 tahun
lebih Pak
Bapak Tua: Saya sudah disini
semenjak tahun ’63, saya pacaran sama istri saya yah disini. Tuh dimeja itu.
Ibu Kasir: Wah… hebat
Bapak Tua: Iya Bu dulu istri saya
sekolah di Santa Maria jadi kita kalau pacaran kemari. Sekarang istri saya kena
diabetes jadi ga boleh makan manis-manis lagi.
Sayapun bergabung dengan
pembicaraan tersebut. Barulah kemudian
saya tahu nama beliau adalah Aan Nasution usianya sekarang 73 tahun, namun
beliau masih tegap dan bugar. Dari muda memang beliau sudah rajin olahraga, ia
menggeluti renang, polo air, judo,silat. Beliau juga memang menjaga makannya
kata beliau “Saya memang tidak ada pantangan, Alhamdulillah sehat, tapi tahu
diri sajalah namanya juga usia sudah tua. Harus sadar diri sendiri”. Beliau
juga bilang kalau dirinya sama sekali tidak makan manis, kalaupun makan hanya
Ice Cream di Ragusa. Tahun depan Beliau dan istri akan memasuki masa pernikahan
emas, saya hanya berharap beliau dan istri selalu diberi kesehatan dan
kemesraan.
Kini saya paham apa rasa spesial
yang ada di Ragusa, yaitu Rasa Cinta Sepanjang Masa dan Rasa yang pernah ada hehehe.
Masih banyak memori-memori yang tersimpan disini. Kalau ingin mendengarkan
salah satunya cukup naik KRL, berhenti di stasiun Juanda kemudian dari sana
menyeberang melalui jembatan penyeberangan,lalu lurus saja mengikuti jalan
(bersebelahan dengan masjid Istiqlal), tak jauh dari situ terletaklah toko Es
Krim penuh kenangan ini.
Friday, January 13, 2017
Saat Lidah Berpesta di Thai Street
Salah satu cara mengenal negara-negara di dunia tanpa harus mengeluarkan biaya terlalu mahal adalah menyicipi kekayaan kulinernya. Karena masing-masing negara mempunyai bumbu dan rasa yang khas.
Gara-gara liat postingan di Instagram (saya emang gitu orangnya
gampang tergoda) tiba-tiba jadi pengen Kha Niew Ma Muang alias mango sticky
rice. Tetapi saya harus menghadapi kenyataan kalau saldo saya tidak mencukupi
untuk ke Thailand. Tambah bikin bingung lagi saya tinggalnya di Bekasi, sejauh
yang saya tahu rata-rata restoran Thailand yang ada restoran suki.
Memang manusia ga boleh sombong, berasa paling tahu, ternyata
pengetahuan saya soal Bekasi belom sejauh itu hehe. Setelah tanya-tanya temen
ada yg ngasih tahu soal restoran Thailand yg menunya lumayan
variatif...langsung deh saya kesana
.
Thai Street yang ada di Grand Metropolitan ini tempatnya cukup
menarik dan nyaman, bisa buat kumpul keluarga atau buat arisan.
Menu makanannya mulai dari Appetizzer sampai dessert. Tapi
sayang rasanya kalau kesini cuma pesen Kha Niew Ma Muang ya kaannn. Jadi Inilah
pilihan saya sekeluarga, lumayan banyak mengingat udah jam makan siang dan
perut udah ga bisa diajak kompromi. Tanpa perlu menunggu lama pesanan kami pun
datang
Pad See Ew Beef
Sekilas masakan ini seperti kwetiau goreng biasa, tapi tunggu
sampai suapan pertama baru deh kita rasakan perbedaannya. Paduan kecap manis, Nam Pla (kecap ikan khas
Thailand) ditambah cucuran jeruk nipis dan cabai bubuk memberikan sensasi yang
mengejutkan di lidah. Buat yang baru pertama merasakan mungkin sedikit aneh,
karena ekspetasi awalnya adalah rasa kwetiau goreng pada umumnya. Namun kalau
sudah meneruskan ke suapan-suapan selanjutnya bakal ketagihan sama sensasi
rasanya, dan ngga berasa piring sudah bersih.
Ngga sah rasaya kalau ke Restauran Thailand tanpa memesan Tom
Yum.
Ternyata saya baru tau kalau Tom Yam itu ada 3 jenis. Selama ini
saya makannya yg Sea Food tapi beberapa tahun belakangan tiba-tiba saya alergi
dengan Udang. Eitss jangan sedih saya masih bisa nikmati Tom Yam karena selain
dengan Udang atau dikenal sebagai Tom Yum Goong atau dengan aneka sea food yang disebut Tom Yam Talae (awalnya saya kira
nama kedua jenis ini sama ternyata berbeda), masih ada Tom Yum Gai yaitu Tom
Yam daging ayam, seperti yang saya pesan.
Belum sampai lidah wangi rempah-rempahnya sudah menggoda.
Dari penampakannya saja sudah terlihat kalau bumbu yang digunakan berlimpah.
Gimana rasanya? Begitu suapan pertama rasa pedas, asam,asin, manis langsung
pecah di mulut. Wangi khas daun serai
dan daun jeruk menyeruak hidung di tiap suapannya, berlomba dengan yang saya
rasakan di Lidah. Agar tambah seru lagi, saya menambahkan sambal kecap asin
dengan rawit potong. Dijamin satu mangkok jasmine rice ala Thailand ngga cukup
untuk menemani masakan ini. Kemeriahan rasa inilah yang paling saya suka dari
masakan Thailand, kita bisa merasakan berbagai macam rasa dalam satu waktu.
Setelah kemeriahan itu, saatnya menikmati si bintang utama yg
menjadi alasan saya datang kesini. Yaitu Mango Sticky Rice
Walau sudah terbayang rasanya seperti apa tapi tetap terkejut
karena rasanya sangat mendekati jika kita makan langsung di negara asalnya.
Rasa manis gurih santan berpadu sempurna dengan ketan diimbangi dengan rasa
masam dari buah mangga. Seolah menenangakan rasa panas dan pedas yang sebelumnya
berpesta pora di mulut saya, jelas sudah ini jadi favorit saya.Untuk harga
sendiri Thai Street memiliki harga yang cukup terjangkau tapi sayangnya
porsinya kurang banyak hehehe.
Sayangnya yang lebih gawat lagi setelah memakan semua itu, saya
jadi kebayang segarnya Pudding kelapa yang disajikan langsung di batoknya, atau
kue Kanom Krok panas yang baru, Segarnya buah mangga yang berat satu buahnya
bisa mencapai sekilo atau sekedar memberanikan diri menyicipi satu saja
serangga goreng. Mudah-mudahan saya bisa segera ke Thailand *kodekeras.
Subscribe to:
Posts (Atom)