Berlatarkan langit gelap, gedung tua itu berdiri anggun, guratan sejarah menyeruak, cat yang tak lagi seluruhnya melapisi menunjukkan kecantikan yang tak habis dilekang waktu. Temaram cahaya lampu membuat suasana menjadi syahdu dan romantis. Tak percaya kami baru saja berpacu dengan waktu melewati keruwetan lalu lintas, melewati puing-puing gedung serta lorong-lorong gelap untuk sampai kesini. Kerumunan wisatawan sudah memenuhi taman yang menjadi area pertunjukkan, mereka bersila di atas hamparankasur tipis di bagian depan, di barisan berikutnya tersedia dipan-dipan rendah yang dapat digunakan bersamaan. Selanjutnya barisan kursi dan penonton yang memilih untuk berdiri agar dapat melihat lebih baik.
Lampu-lampu disekitar kami
kemudian digelapkan, sehingga semuanya terfokus pada satu titik di bawah pohon
tua. Berpakaian khas India lengkap dengan sorbannya, seorang pria membuka acara
dan mengantarkan kami ke berbagai pertunjukkan yang akan ditampilkan. Untuk penampilan
pertama dibuka oleh suami istri yang berumur di atas 70 tahun namun kedua badan
mereka masih berdiri tegap. Dengan diiringi oleh sebuah alat musik gesek mereka
bernyanyi, suara tua yang keluar dari mulut mereka justru menjadikan nyanyian
mereka terdengar unik sambil sesekali sang pria berjoget-joget kecil,
mengundang senyuman dan bisikan diantara penyimaknya.
Berikutnya dua orang wanita,
berumur pertengahan 50an, yang satu menggunakan sari berwarna putih dengan
pinggiran merah, dan yang satu lagi menggunakan sari berwarna biru gelap.
Mereka kemudian mengambil posisi duduk dengan kaki terjulur. Sedikit bingung
dengan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Rupanya berbagai macam lonceng
terikat pada tubuh mereka, di kepala, sikut, bahu, telapak tangan, lutut serta
ujung kaki mereka. Dan kemudian pemusik pun memainkan alat musik mereka,
langsung saja kedua wanita itu bergerak dengan sangat lincahnya memainkan
lonceng-lonceng yang ada pada tubuh mereka, semuanya dipukul, dikencringkan
dengan nada yang seirama dan indah. Penonton dibuat terkesiap dengan kelincahan
mereka, berbagai manuver seperti gerakan silat mereka lakukan dengan lincahnya
selama setengah jam tanpa henti. Keringat mulai nampak pada wajah mereka, namun
mereka tetap tersenyum.
Decak kagum tak kunjung berhenti,
hatikupun semakin membuncah. Berbagai atraksi susul-menyusul, pertunjukkan
boneka kayu nan menggemaskan, gerincing ratusan lonceng kecil mengiringi tarian
luar biasa lincah seorang gadis kecil yang membuat penonton bertepuk tangan sesuai
hentakkan kakinya, kemudian lima orang penari dengan sari berwarna-warni muncul
dan membuat lingkaran, mereka menari dengan gerakan-gerakan dinamis membuat
lingkaran besar kemudian kecil, berputar dan terus berputar bagaikan gasing.
Kibasan-kibasan sari mereka seolah membuat torehan pelangi, membuat semua yang
hadir terpukau.
Kemudian wanita tua yang
sebelumnya memainkan lonceng di awal pertunjukkan kembali hadir seorang diri,
kami bertanya-bertanya apa kejutan berikutnya yang akan ia tampilkan. Ia melempar
kendi besar dengan menggunakan kakinya dan menangkapnya dengan ujung kepalanya.
Kemudian berturut-turut ia melemparkan kendi dengan ukuran lebih kecil terus
seperti itu hingga kendi yang terkecil
sehingga ada 7 tingkat kendi diatas kepalanya, aku bertanya-tanya bagaimana
bisa leher dan kepalanya begitu kuat menahan beban sebanyak itu dan tetap
menjaga keseimbangan. Seolah hal tersebut tak cukup membuat kami tercengang
kemudian ia menginjak-injakkan kakinya diatas pecahan beling, dan menutup pertunjukkan
dengan senyuman lebar. Sontak kami semua yang hadir disitu berdiri dan
memberikan tepuk tangan kagum tanpa henti. Dan akupun menangis penuh haru sambil
berpelukkan dengan kakakku. Masih tak percaya mimpiku terwujud indahnya lebih
dari yang kubayangkan.
Peristiwa ini takkan pernah
kulupakan seumur hidupku. Tak percaya rasanya, akhirnya aku mencapai impian
terbesarku, yaitu menapak di tanah India. Setelah 10 tahun menanti dan mendamba
dengan berbagai keraguan. Berawal dari kesukaanku menyaksikan film-film
Bollywood, kemudian aku pun jatuh hati terhadap semua hal yang berbau India.
Bukan hanya mengkoleksi film-filmnya, aku pun mengumpulkan berbagai macam
aksesorisnya. Mulai dari baju, gelang, kalung, sendal, bahkan merubah kamarku
menjadi kerajaan kecil India tersendiri. Sudah jelas impian terbesarku adalah
pergi ke India.
Tentu saja masih banyak orang
yang keheranan dan menganggap norak karena kesukaanku tersebut.
Namun setiap tahun kecintaaan dan keinginan untuk ke India semakin kuat.
Banyak yang menyarankan untuk tidak pergi kesana, karena kata mereka India itu
kumuh, miskin, jorok, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Aku tidak peduli
dengan semua perkataan tersebut.
Takdir datang pada waktu yang tak
diduga. Di suatu siang yang tenang, sambil
mengerjakan tugas-tugas kantor, aku mendapat kabar bahwa Air Asia sedang sale termasuk perjalanan ke India. Aku
harus segera mengambil keputusan karena hari itu adalah hari terakhir. Tentu
saja aku segera mengiyakan, walau sesudah itu aku baru menyadari bahwa tabungan
tak ada, pun gaji seadanya, tapi aku tetap nekat.
2 Maret 2012, 09.00 pagi aku, suami, dan
kakakku sudah tiba di Bandara Soekarno Hatta terminal 3. Setelah melalui proses
check in dan Imigrasi, aku masih belum mau percaya. Jam 11.00 kami memasuki
pesawat Air Asia QZ7696 yang didalamnya didominasi warna merah yang memberi
semangat. Aku duduk di kursi tengah, cukup dekat dengan jendela untuk melihat
pemandangan di luar, dan cukup dekat untuk ke toilet karena perasaan gugup yang
mendera. Comfort kit dan In Flight meal yang kami pesan untuk
perjalanan tersebut cukup membuatku nyaman. Bahkan suamiku berkata nasi lemak
yang kami makan saat itu adalah yang terenak yang pernah dia coba, terang saja
pada saat disajikan nasi lemak itu masih panas dan wanginya sudah menggoda
hidung bahkan sebelum tutupnya dibuka.
Semakin dekat, semakin terasa mau
pecah dada ini karena gundah. Pada saat kami memasuki India, malam sudah tiba,
gelapnya malam berdampingan dengan ratusan penerangan yang tampak indah dilihat
dari atas. Bersabar untuk keluar bergantian dari pesawat yang mendarat dengan
mulusnya, akhirnya aku pun menghirup udara India. Aku berhasil menjejakkan
kakiku di tanah Impian. Rasa syukur, haru dan bahagia, membuncah di dada. AKUUU
BERHASIIILLL menggapai keinginan terbesar dalam hidupku, membuatku ingin
tertawa dan tersenyum hingga wajah ini terasa pegal.
berminat ikut lomba blog ?
ReplyDeleteRefiza Souvenir menyelenggarakan blog competition bagi para bloggers. Tuliskan semua hal tentang souvenir Islami dan dapatkan hadiah menarik dari Refiza, pendaftaran telah di perpanjang hingga 18 Agustus 2015. syarat dan ketentuan klik www.refiza.com/blogcompetition2015/