Sunday, August 24, 2014

ALUNAN DHAROHAR


Berlatarkan langit gelap, gedung tua itu berdiri anggun, guratan sejarah menyeruak,  cat yang tak lagi seluruhnya melapisi menunjukkan kecantikan yang tak habis dilekang waktu. Temaram cahaya lampu membuat suasana menjadi syahdu dan romantis. Tak percaya kami baru saja berpacu dengan waktu melewati keruwetan lalu lintas, melewati puing-puing gedung serta lorong-lorong gelap untuk sampai kesini. Kerumunan wisatawan sudah memenuhi taman yang menjadi area pertunjukkan, mereka bersila di atas hamparankasur tipis di bagian depan, di barisan berikutnya tersedia dipan-dipan rendah yang dapat digunakan bersamaan. Selanjutnya barisan kursi dan penonton yang memilih untuk berdiri agar dapat melihat lebih baik.

Lampu-lampu disekitar kami kemudian digelapkan, sehingga semuanya terfokus pada satu titik di bawah pohon tua. Berpakaian khas India lengkap dengan sorbannya, seorang pria membuka acara dan mengantarkan kami ke berbagai pertunjukkan yang akan ditampilkan. Untuk penampilan pertama dibuka oleh suami istri yang berumur di atas 70 tahun namun kedua badan mereka masih berdiri tegap. Dengan diiringi oleh sebuah alat musik gesek mereka bernyanyi, suara tua yang keluar dari mulut mereka justru menjadikan nyanyian mereka terdengar unik sambil sesekali sang pria berjoget-joget kecil, mengundang senyuman dan bisikan diantara penyimaknya.

Berikutnya dua orang wanita, berumur pertengahan 50an, yang satu menggunakan sari berwarna putih dengan pinggiran merah, dan yang satu lagi menggunakan sari berwarna biru gelap. Mereka kemudian mengambil posisi duduk dengan kaki terjulur. Sedikit bingung dengan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Rupanya berbagai macam lonceng terikat pada tubuh mereka, di kepala, sikut, bahu, telapak tangan, lutut serta ujung kaki mereka. Dan kemudian pemusik pun memainkan alat musik mereka, langsung saja kedua wanita itu bergerak dengan sangat lincahnya memainkan lonceng-lonceng yang ada pada tubuh mereka, semuanya dipukul, dikencringkan dengan nada yang seirama dan indah. Penonton dibuat terkesiap dengan kelincahan mereka, berbagai manuver seperti gerakan silat mereka lakukan dengan lincahnya selama setengah jam tanpa henti. Keringat mulai nampak pada wajah mereka, namun mereka tetap tersenyum.

Decak kagum tak kunjung berhenti, hatikupun semakin membuncah. Berbagai atraksi susul-menyusul, pertunjukkan boneka kayu nan menggemaskan, gerincing ratusan lonceng kecil mengiringi tarian luar biasa lincah seorang gadis kecil yang membuat penonton bertepuk tangan sesuai hentakkan kakinya, kemudian lima orang penari dengan sari berwarna-warni muncul dan membuat lingkaran, mereka menari dengan gerakan-gerakan dinamis membuat lingkaran besar kemudian kecil, berputar dan terus berputar bagaikan gasing. Kibasan-kibasan sari mereka seolah membuat torehan pelangi, membuat semua yang hadir terpukau.
Kemudian wanita tua yang sebelumnya memainkan lonceng di awal pertunjukkan kembali hadir seorang diri, kami bertanya-bertanya apa kejutan berikutnya yang akan ia tampilkan. Ia melempar kendi besar dengan menggunakan kakinya dan menangkapnya dengan ujung kepalanya. Kemudian berturut-turut ia melemparkan kendi dengan ukuran lebih kecil terus seperti itu  hingga kendi yang terkecil sehingga ada 7 tingkat kendi diatas kepalanya, aku bertanya-tanya bagaimana bisa leher dan kepalanya begitu kuat menahan beban sebanyak itu dan tetap menjaga keseimbangan. Seolah hal tersebut tak cukup membuat kami tercengang kemudian ia menginjak-injakkan kakinya diatas pecahan beling, dan menutup pertunjukkan dengan senyuman lebar. Sontak kami semua yang hadir disitu berdiri dan memberikan tepuk tangan kagum tanpa henti. Dan akupun menangis penuh haru sambil berpelukkan dengan kakakku. Masih tak percaya mimpiku terwujud indahnya lebih dari yang kubayangkan.

Peristiwa ini takkan pernah kulupakan seumur hidupku. Tak percaya rasanya, akhirnya aku mencapai impian terbesarku, yaitu menapak di tanah India. Setelah 10 tahun menanti dan mendamba dengan berbagai keraguan. Berawal dari kesukaanku menyaksikan film-film Bollywood, kemudian aku pun jatuh hati terhadap semua hal yang berbau India. Bukan hanya mengkoleksi film-filmnya, aku pun mengumpulkan berbagai macam aksesorisnya. Mulai dari baju, gelang, kalung, sendal, bahkan merubah kamarku menjadi kerajaan kecil India tersendiri. Sudah jelas impian terbesarku adalah pergi ke India.

Tentu saja masih banyak orang yang keheranan dan menganggap norak karena kesukaanku  tersebut.  Namun setiap tahun kecintaaan dan keinginan untuk ke India semakin kuat. Banyak yang menyarankan untuk tidak pergi kesana, karena kata mereka India itu kumuh, miskin, jorok, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Aku tidak peduli dengan semua perkataan tersebut.

Takdir datang pada waktu yang tak diduga. Di suatu siang yang tenang, sambil mengerjakan tugas-tugas kantor, aku mendapat kabar bahwa Air Asia sedang sale termasuk perjalanan ke India. Aku harus segera mengambil keputusan karena hari itu adalah hari terakhir. Tentu saja aku segera mengiyakan, walau sesudah itu aku baru menyadari bahwa tabungan tak ada, pun gaji seadanya, tapi aku tetap nekat.

 2 Maret 2012, 09.00 pagi aku, suami, dan kakakku sudah tiba di Bandara Soekarno Hatta terminal 3. Setelah melalui proses check in dan Imigrasi, aku masih belum mau percaya. Jam 11.00 kami memasuki pesawat Air Asia QZ7696 yang didalamnya didominasi warna merah yang memberi semangat. Aku duduk di kursi tengah, cukup dekat dengan jendela untuk melihat pemandangan di luar, dan cukup dekat untuk ke toilet karena perasaan gugup yang mendera. Comfort kit dan In Flight meal yang kami pesan untuk perjalanan tersebut cukup membuatku nyaman. Bahkan suamiku berkata nasi lemak yang kami makan saat itu adalah yang terenak yang pernah dia coba, terang saja pada saat disajikan nasi lemak itu masih panas dan wanginya sudah menggoda hidung bahkan sebelum tutupnya dibuka.

Semakin dekat, semakin terasa mau pecah dada ini karena gundah. Pada saat kami memasuki India, malam sudah tiba, gelapnya malam berdampingan dengan ratusan penerangan yang tampak indah dilihat dari atas. Bersabar untuk keluar bergantian dari pesawat yang mendarat dengan mulusnya, akhirnya aku pun menghirup udara India. Aku berhasil menjejakkan kakiku di tanah Impian. Rasa syukur, haru dan bahagia, membuncah di dada. AKUUU BERHASIIILLL menggapai keinginan terbesar dalam hidupku, membuatku ingin tertawa dan tersenyum hingga wajah ini terasa pegal.

Di titik ini pula hidupku berubah. Semenjak itu aku jadi lebih berani untuk bermimpi. Dan kalimat “tak ada yang tak mungkin” menjadi motto hidup. Kini ada tiga cita-cita yang menantangku untuk diwujudkan. Aku ingin menjelajah pulau-pulau di Indonesia, kemudian menjelajah dunia.  Serta cita-citaku yang terdalam untuk menjadi seorang penulis buku anak. Walau kini telah menjadi Ibu dari seorang anak laki-laki tetapi itu bukanlah penghalang, namun justru sebagai penyemangat. 






1 comment:

  1. berminat ikut lomba blog ?

    Refiza Souvenir menyelenggarakan blog competition bagi para bloggers. Tuliskan semua hal tentang souvenir Islami dan dapatkan hadiah menarik dari Refiza, pendaftaran telah di perpanjang hingga 18 Agustus 2015. syarat dan ketentuan klik www.refiza.com/blogcompetition2015/

    ReplyDelete